Minggu, 14 November 2010

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003:2). Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), membuat jarak yang jauh bukan lagi menjadi penghalang dalam mengakses segala informasi dari berbagai negara di dunia. Individu yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri pada era globalisasi ini adalah individu yang memiliki kompetensi handal dalam berbagai bidang kehidupan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

Menciptakan individu yang memiliki kompetensi handal merupakan tugas dari dunia pendidikan. Sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting bagi setiap individu dan bagi pengembangan ilmu yang lain. Melalui pendidikan matematika, individu akan dilatih berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif, karena matematika memiliki struktur materi dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten (Boediono, 2002).

Tantangan dan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan, dijawab oleh pemerintah melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Diantaranya adalah menyusun dan menyempurnakan kurikulum pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana, melaksanakan penataran guru, dan penerapan berbagai strategi pembelajaran. Salah satu upaya pemerintah yang dapat kita cermati sekarang ini adalah penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengharapkan guru menggunakan paradigma baru dalam pembelajaran yaitu paradigma student centered. Masalah pendidikan di Indonesia, yang sampai saat ini masih dirasakan adalah rendahnya kualitas pendidikan. Hal ini didukung oleh ditemukannya banyak siswa yang memperoleh angka hasil belajar rendah atau di bawah rata-rata yang telah ditetapkan (Dimyati dan Mudjiono, 2006:246). Sehubungan dengan hal itu, perlu diadakannya usaha untuk memperbaiki sistem pendidikan, dimana pendidikan hendaknya membekali siswa dengan berbagai kecakapan hidup dan kemampuan kreatif dalam memecahkan berbagai masalah serta menghadapi tantangan hidup yang semakin bersaing.

Permasalahan tersebut terjadi hampir di setiap jenjang pendidikan, seperti halnya yang  terjadi di SMP Negeri 4 Singaraja pada kelas VIII B4. Dari sumber yang penulis peroleh menunjukkan bahwa nilai mata pelajaran matematika masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 70. Berdasarkan hasil observasi di kelas dan wawancara dengan Ni Made Swastini, S. Pd, salah seorang guru matematika yang mengajar di kelas VIII B4 dan beberapa siswa di kelas tersebut, terungkap beberapa permasalahan yang teridentifikasi sebagai penyebab belum optimalnya prestasi belajar matematika siswa. Hasil observasi di kelas dan wawancara menunjukkan bahwa : (1) hasil belajar masih tergolong rendah, (2) siswa tidak terbiasa belajar mandiri, (3) tugas yang diberikan pada siswa hanya berupa permasalahan atau soal-soal rutin, (4) siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, karena guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menampilkan hasil pekerjaannya di depan kelas, apakah tugas yang dibuatnya sudah benar atau salah, (5) rendahnya minat siswa untuk belajar matematika, dan (6) guru masih memfokuskan pembelajaran matematika pada upaya menuangkan materi pembelajaran kepada siswa melalui metode ceramah.

Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa motivasi dan prestasi matematika siswa kelas VIII B4 SMP Negeri 4 Singaraja masih rendah. Untuk lebih meyakinkan gambaran awal yang diperoleh, peneliti memberikan tes prestasi belajar berupa soal uraian dan angket motivasi belajar kepada siswa. Berdasarkan hasil tes awal yang diberikan kepada siswa, hanya 13 orang dari 35 orang siswa yang mengikuti tes berhasil memenuhi KKM. Dari hasil pekerjaan siswa, umumnya siswa masih kebingungan dalam memahami soal yang diberikan dan tidak tahu akan menggunakan konsep apa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa kurang mampu memaparkan  dengan bahasa mereka sendiri tentang konsep apa yang mereka gunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Selain itu, siswa juga tampak malas dan murung untuk mengerjakan soal yang diberikan. Kebiasaan siswa bermain saat guru menerangkan atau mengerjakan tugas tentu menjadi salah satu penyebabnya, karena tidak mungkin siswa dapat memperoleh hasil yang baik apabila pikiran atau keinginan siswa untuk mengerjakan soal tidak ada.

Tidak bisa dipungkiri bahwa motivasi memiliki fungsi yang penting dalam pembelajaran. Fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, sebagai pengarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan sebagai penggerak tingkah laku. Dengan kata lain, motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi tertentu sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Nasution, 1995). Jika dikaitkan dengan prestasi belajar, sudah tentu motivasi dan prestasi belajar memiliki hubungan yang erat. Motivasi berprestasi merupakan suatu harapan untuk memperoleh kepuasan dalam penguasaan perilaku, sehingga mencapai tujuan yang diinginkan (Mr. Clelland, 1955). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan konkret antara motivasi dan prestasi, yaitu untuk memperoleh prestasi yang baik, tentu seseorang harus memiliki motivasi yang baik pula.

Terkait dengan rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa, dipandang perlu upaya perbaikan proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Salah satu alternatif pembelajaran dalam pandangan konstruktivis yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran blended learning. Sesuai namanya, blended learning adalah strategi pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis (Mohamad Noer, 2010). Keuntungan yang diperoleh melalui penerapan strategi pembelajaran blended learning adalah meningkatkan pedagogi, meningkatkan akses, fleksibilitas, dan meningkatkan efektivitas biaya (Graham, Allen, & Ure, 2005).

Untuk mempermudah siswa menemukan konsep dalam pembelajaran matematika, peneliti akan memberikan LKS terstruktur kepada siswa. Tujuan LKS ini adalah membantu siswa untuk menemukan pola atau rumus-rumus dasar yang nantinya dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan matematika. Berdasarkan uraian sekaligus alasan di atas, peneliti menerapkan strategi pembelajaran blended learning untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII B4 SMP Negeri 4 Singaraja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar